Ditulis Oleh Ifdil | |
Tuesday, 17 January 2012 | |
KONDISI PSIKOLOGIS SISWA DALAM MENGHADAPI UJIAN NASIONAL
(CARA MENGATASINYA)
Oleh,
Prof. Dr. Mungin Eddy Wibowo, M.Pd., Kons
Pada tanggal 16–19 April 2012 akan
dilaksanakan Ujian Nasional (UN) untuk tingkat SMA/MA, SMALB, SMK,
tanggal 22-26 April 2012 untuk SMP/MTs, dan SMPLB, dan tanggal 7-9 Mei
2012 untuk SD/MI,dan SDLB. Untuk mempersiapkan menghadapi UN
tersebut, siswa selain mempelajari materi pelajaran yang diujikan
juga perlu mempersiapkan diri dari segi psikologis supaya dapat
mengikuti UN dengan optimal.
Di sekolah siswa
seharusnya sudah terbiasa dengan penilaian hasil belajar yang
dilakukan oleh pendidik (guru) dan sekolah. Hal ini karena diamanatkan
oleh Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005
tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 63 ayat (1) Penilaian
pendidikan pada jenjang pendidikan dasar dan menengah terdiri atas:
a. Penilaian hasil belajar oleh pendidik;
b. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan;dan c. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah. Penilaian hasil belajar oleh pendidik dilakukan secara berkesinambungan untuk memantau proses, kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester,ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas. Penilaian hasil belajar oleh pendidik digunakan untuk menilai pencapaian kompetensi peserta didik; bahan penyusunan laporan hasil belajar; dan memperbaiki proses pembelajaran. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan bertujuan menilai pencapaian standar kompetensi lulusan untuk semua mata pelajaran. Penilaian hasil belajar untuk semua mata pelajaran pada kelompok mata pelajaran agama dan akhlak mulia, kelompok mata pelajaran kewarganegaraan dan kepribadian, kelompok mata pelajaran estetika, dan kelompok mata pelajaran jasmani,olahraga,dan kesehatan merupakan penilaian akhir untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Penilaian hasil belajar oleh satuan pendidikan untuk semua mata pelajaran pada kelompok ilmu pengetahuan dan teknologi dilakukan melalui ujian sekolah/madrasah untuk menentukan kelulusan peserta didik dari satuan pendidikan. Penilaian hasil belajar oleh pemerintah dalam bentuk Ujian Nasional bertujuan untuk menilai pencapaian kompetensi lulusan secara nasional pada mata pelajaran tertentu dalam kelompok mata pelajaran ilmu pengetahuan dan teknologi.Ujian nasional dilakukan secara obyektif, berkeadilan,dan akuntabel. Hasil ujian nasional digunakan sebagai salah satu pertimbangan untuk: (a) pemetaan mutu program dan/atau satuan pendidikan; (b) dasar seleksi masuk jenjang pendidikan berikutnya; (c) penentuan kelulusan peserta didik dari program dan/atau satuan pendidikan; dan pembinaan dan pemberian bantuan kepada satuan pendidikan dalam upayanya untuk meningkatkan mutu pendidikan. Ujian Nasional merupakan salah satu persyaratan kelulusan dari satuan pendidikan seperti diamanatkan Peraturan Pemerintah republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan Pasal 72 ayat (1) Peserta didik dinyatakan lulus dari satuan pendidikan pada pendidikan dasar dan menengah setelah:
Banyak siswa yang cerdas,
pintar dalam berbagai mata pelajaran sukses dalam ujian nasional.
Begitu pula siswa yang cerdas dan pintar dalam mata pelajaran merasa
pisimis, mencari bocoran soal, membeli kunci jawaban, menerima kunci
dari sms yang kurang pas. Sebagian siswa lagi tidak tahu, dan pasrah
dalam kondisi tertekan, menurun daya ingatan, tidak terstruktur dan
kusut ingatan pada meteri ujian, bayang-bayang pikiran menghantui
kegagalan ujian, pikiran kacau, berkecamuk rasa malu dan takut tidak
dapat menjawab soal ujian yang benar. Kondisi psikologis siswa
seperti ini penting untuk mendapatkan pelayanan agar dapat sukses
dalam Ujian Nasional.
Kondisi psikologis siswa bermacam-macam dalam menghadapi Ujian Nasional, hal ini disebabkan adanya dinamika psikis yang berbeda-beda dalam diri siswa. Siswa yang dinamika psikisnya baik tidak mengalami kecemasan atau ketakutan dalam menghadapi ujian nasional. Sebaliknya siswa yang dinamika psikisnya tidak baik akan mengalami kecemasan atau ketakutan dalam menghadapi Ujian Nasional. Dinamika psikis adalah energi kejiwaan yang menggerakkan, yang penuh dinamika , yang akan membawa dan menuju sukses dalam menghadapi Ujian Nasional. Energi adalah kemampuan untuk bertindak. Energi merupakan ketetapan hati yang tidak tampak yang dimiliki oleh setiap orang untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan hati mereka.Dalam diri siswa terdapat dua macam energi yaitu energi fisik dan energi psikis. Energi psikis jauh lebih penting dari energi fisik,karena dari alam bawah sadar yang dapat menimba banyak daya dan kekuatan disaat dibutuhkan. Formula untuk menghimpun yang dinamis,yaitu: (a) menentukan tujuan. Tiada sesuatu pun yang dengan sendirinya menjadi dinamis sebelum ditetapkan tujuan dengan jelas. (b) menjaga diri agar senantiasa dalam kondisi prima. (c) mengatur makanan yang bergizi, jangan melupakan vitamin. (d) mencari kesempatan agar dapat memberikan pelayanan kepada orang lain. Carilah emas yang tidak dapat lapuk. (e) ungkapkan rasa hormat dan penghargaan serta kebaikan kepada orang lain. (f) memperbaharui kekuatan dirinya setiap kali memperoleh keberhasilan. Ditinjau dari segi energi, siswa yang kondisi psikologisnya mengalami kecemasan atau ketakutan, siswa tersebut sedang mengalami kehidupan keredupan energi psikis dirinya, ibarat lampu yang kehilangan pancaran sinarnya, padahal sinar itu mengandung makna bagi dirinya sendiri dan bermanfaat bagi lingkungan sekitarnya. Dengan demikian, konselor melalui layanan konseling menfokuskan untuk mengaktifkan dan membangun energi psikis yang ada pada diri siswa untuk sebesar-besarnya kemanfaatan bagi diri sendiri dan lingkungannya terkait dengan kesuksesan ujian nasional yang jujur dan akuntabel. Siswa yang sedang mengalami kecemasan atau ketakutan adalah siswa yang sedang bermasalah dan sedang berada dalam keadaan tertekan, tidak berdaya. Dalam keadaan seperti ini siswa mudah terjajah oleh kekuatan-kekuatan yang merasuk ke dalam dirinya yang dapat semakin melemahkan dan menimbulkan berbagai kerusakan dirinya dan kegagalam dalam menghadapi ujian nasional. Siswa yang bermasalah adalah siswa terjajah. Potensi dan energi dirinya tidak berkembang atau tidak bersinar. Rasa aman siswa terganggu, kompetensi tidak bisa berfungsi, aspirasi terkungkung, semangat belajar layu, dan kesempatan yang terbuka baginya untuk sukses akan terbuang. Konseling yang dilakukan oleh konselor akan membantu mengembangkan kekuatan pada diri siswa untuk mampu mendobrak dan keluar dari lingkaran setan serta memerdekaan dirinya dari rasa cemas dan takut menghadapi ujian nasional.Siswa harus mampu memproklamirkan kemerdekaan dirinya dari penjajahan kekuatan destruktif yang menimbulkan kecemasan dan ketakutan. Dengan demikian konseling mendorong terjadinya pembebasan yang memungkinkan siswa mengaktifkan potensi dan energi psikis yang ada dalam dirinya. Setelah proklamasi terjadi,maka konseling membawa siswa ke arah pembangunan diri bagi kemandiriannya dengan memanfaatkan sebesar-besarnya potensi dan energi psikis, baik yang ada pada diri siswa maupun di luar. Konseling merupakan proses sinergik untuk mengoptimalkan energi psikis pada diri siswa dalam rangka pengembangan dan pengatasan kecemasan dan ketakutan dalam menghadapi ujian nasional. Energi psikis yang baik pada diri siswa akan menimbulkan dinamika psikis baik sehingga tidak mengalami kecemasan dalam menghadapi ujian nasional. Siswa yang dinamika psikisnya baik, tidak mengalami kecemasan atau ketakutan dalam menghadapi Ujian Nasional, dimungkinkan karena :
Sedangkan siswa yang
dinamika psikisnya tidak baik akan mengalami kecemasan atau ketakutan
dalam menghadapi Ujian Nasional,dimungkinkan karena:
GEJALA PERILAKU KECEMASAN
Gejala perilaku siswa
yang mengalami kecemasan atau ketakutan dalam menghadapi ujian
nasional, antara lain gejala phisik, gejala psikis, dan gejala sosial.
Gejala phisik meliputi peningkatan detak jantung, perubahan
pernafasan(nadi dan pernafasan meningkat), keluar keringa, gemetar,
kepala pusing, mual, lemah, ngeri, sering buan air besar dan kencing,
nafsu makan menurun, tekanan darah ujung jari terasa dingin, dan lelah.
Gejala psikis meliputi perasaan akan adanya bahaya, kurang
percaya diri, kurang tenaga/tidak berdaya, khawatir, rendah diri,
tegang, tidak bisa konsentrasi, kesempitan jiwa, ketakutan ,
kegelisahan, berkeluh kesah, kepanikan, tidur tidak nyenyak, berdosa,
terancam, dan kebingungan/linglung. Gejala sosial meliputi
mencari bocoran soal, mencari kunci jawaban, menyontek, menyalahkan
soalnya sulit, dan menyalahkan gurunya belum pernah mengajarkan materi
yang diujikan.
Kecemasan merupakan kondisi psikologis dan bagian dari kehidupan manusia. Setiap manusia pernah mengalami kondisi psikologis ini. Kecemasan sering muncul pada orang yang dianggap normal, meskipun kecemasan merupakan simtom semua psikopathologi terutama neurotik. Kecemasan dan ketakutan biasa merasuki manusia, baik secara individual maupun komunal, sejak mereka memiliki kesadaran, kecuali orang yang dikasihi Allah dan diberi nikmat keimanan. Kondisi psikologis dalam bentuk kecemasan akan terus meningkat seiring dengan pesatnya kemajuan peradaban material serta jauhnya manusia dari pemahaman dan pengamalan ajaran-ajaran Allah swt. Masalah kecemasan atau ketakutan merupakan suatu titik temu, yang menghubungkan semua jenis pertanyaan penting, suatu teka teki dimana solusi memberikan kejelasan terhadap keseluruhan kehidupan mental siswa. Kecemasan merupakan buah kesulitan yang dibayar di muka, sebelum kesulitan itu sendiri terjadi. Kecemasan pada dasarnya bersifat merusak dan menghancurkan. Cara mengusir kecemasan adalah dengan menghalaunya dari pikiran dan menggantinya dengan pikiran spiritual yang positif. Kecemasan atau ketakutan dapat berkembang dalam intensitas yang begitu besar dan sebagai konsekuensinya dapat menjadi penyebab bagi tindakan pencegahan yang berlebihan.Kecemasan yang disebabkan oleh neurosis kecemasan akibat gelisah (nervous anxiety) dalam menghadapi ujian nasional akan merugikan diri siswa untuk berkonsentrasi dalam belajar. Kata ”gelisah” dan ”cemas” digunakan saling menggantikan, seolah-olah mereka mempunyai arti yang sama. Hal ini tidak dapat dibenarkan.Bagaimanapun juga ada orang-orang yang sering cemas namun tidak gelisah dan selain itu ada orang-orang yang terserang neurotik dengan sejumlah gejala-gejala yang tidak menunjukkan kecenderungan untuk takut. Kecemasan atau ketakutan yang dialami oleh siswa dalam menghadapi ujian nasional menurut teori Freud dinamakan adalah sebagai kecemasan obyektif (objective anxiety).Ketakutan riil bagi kita terlihat sebagi suatu hal yang sangat rasional dan alami. Hal ini kita sebut sebagai reaksi terhadap persepsi bahaya eksternal, yaitu Ujian Nasional yang dianggap sebagai sesuai yang menakutkan. Kemunculan kecemasan akan sangat tergantung pada seberapa besar pengetahuan dan penguasaan materi Ujian Nasional dikuasai oleh seorang siswa. Pada kesempatan yang lain, pengetahuan sendirilah yang mengakibatkan kecemasan, karena ia memperlihatkan adanya bahya dengan lebih cepat. Jadi siswa akan terlihat ketakutan melihat dirinya tidak siap menghadapi ujian nasional yang akan menjadi salah satu penentu kelulusan siswa dari sekolah. Pada hakikatnya penguasaan pengetahuan yang telah disiapkan atau dimiliki yang mengakibatkan kecemasan atau ketakutan dalam menghadapi Ujian Nasional, karena ia memperlihatkan adanya bahaya jika tidak lulus. Kecemasan atau ketakutan obyektif bersifat rasional dan bermanfaat, karena dengan ini ini akan diketahui sebab dan cara mengatasinya. Di hadapan bahaya yang akan datang, satu-satunya tindakan pertama yang ada dalam pikiran siswa adalah menimbang kemampuan yang akan dikeluarkan dibanding dengan tingkat bahaya yang ada, dan kemudian lari atau bertahan,atau mungkin bahkan untuk menyerang. Hal ini sungguh merupakan prospek akan suatu hasil yang menggembirakan. Perasaan takut sungguh tidak punya tempat dalam Ujian Nasional, sebab Ujian Nasional pada akhirnya harus dilakukan juga karena program pemerintah dan amanat Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, dan akan lebih baik jika rasa takut tidak dimunculkan. Jika rasa kecemasan atau ketakutan begitu besar pada diri siswa dalam menghadapi Ujian Nasional, maka akan melumpuhkan setiap usaha, bahkan usaha untuk lari dari kenyataan. Suatu reaksi terhadap bahaya (misalnya UN dianggap sebagai bahaya) merupakan kombinasi dari dua hal, yaitu rasa takut dan tindakan bertahan (defensif). Siswa yang ketakutan merasa takut dan akan melarikan diri, namun unsur yang dominan adalah ”melarikan diri” dan bukan ”perasaan takut”. Kecemasan atau ketakutan akan memberi masukan pada siswa yang lebih baik. Perlunya kesiapan terhadap Ujian Nasional (bahaya) yang memperlihatkan dirinya dalam persepsi yang menakutkan atau mencemaskan. Kesiapan ini sungguh sangat menguntungkan, jika tidak ada kesiapan akan mendatangkan akibat yang buruk. Kesiapan terhadap rasa cemas atau takut terhadap Ujian Nasional sebagai unsur yang menguntungkan, dan perkembangan kecemasan merupakan unsur yang menguntungkan dalam apa yang disebut kecemasan atau rasa takut. Kecemasan berhubungan dengan kondisi dan mengabaikan obyek, sedangkan ketakutan perhatian diberikan kepada obyek, yaitu berkaitan secara khusus dengan keadaan yang menyebabkan bahaya ketika bahaya muncul tanpa adanya kesiapan terhadap rasa takut menghadapi ujian nasional. Jadi dapat dikatakan bahwa kecemasan merupakan perlindungan terhadap ketakutan menghadapi ujian nasional.
SEPULUH JURUS KESIAPAN MENGHADAPI UJIAN NASIONAL
Jurus I : Penguasaan Materi Pembelajaran
Untuk menguasai materi
pembelajaran siswa hendaknya sudah menguasai semua materi yang
diajarkan oleh guru sesuai dengan standar kompetensi lulusan dalam
kurikulum yang berlaku. Siwsa juga sudah menguasai semua materi yang
diajarkan oleh guru pada mata pelajaran yang diujikan secara nasional.
Siswa mesti menggunakan waktu secara efektif dan efisien untuk
belajar mata pelajaran yang akan diujikan secara nasional.Yang lebih
penting lagi siswa harus disiplin terhadap waktu belajar yang telah
direncanakan.
Guru mempunyai peran penting dalam membantu siswa menguasai mata pelajaran. Peran yang harus dilakukan guru antara lain: (1) mengajar dengan baik dan menuntaskan materi pembelajaran; (2) membangun proses pembelajaran yang efektif dan efisien; (3) menyelenggarakan program pengajaran perbaikan bagi siswa yang belum menguasai kompetensi; (4) melnyelenggarakan program pengayaan; (5) melakukan penilaian hasil belajar secara berkesinambungan untuk memanhtau proses,kemajuan, dan perbaikan hasil dalam bentuk ulangan harian, ulangan tengah semester, ulangan akhir semester, dan ulangan kenaikan kelas secara obyektif, transparan, dan akuntabel Konselor/Guru Bimbingan dan Konseling di sekolah mempunyai peran dalam membantu siswa menghadapi ujian nasional melalui layanan konseling. Peran yang harus dilakukan oleh konselor antara lain : (1) memotivasi siswa dalam belajar ; (2) memberikan kiat cara belajar yang efektif dan efisien; (3) menanamkan rasa percaya diri akan keberhasilan menghadapi ujian nasional;(4) mensugesti optimistic siswa akan keberhasilan menghadapi ujian nasional; (5) menghilangkan rasa cemas dan takut menghadapi ujian nasional; (6) menanamkan disiplin dalam belajar; (7) keterampilan belajar; (8) menghilangkan pesimistis siswa dalam menghadapi ujian nasional; dan sebagainya..
Jurus II : Meningkatkan Rasa Percaya Diri
Kepercayaan diri pribadi
adalah suatu yang ingin dimiliki lebih banyak oleh sebagian besar
orang, tetapi itu hanyalah masalah membangkitkannya. Bagaimana kita
bisa lebih percaya diri? Psikolog dan ahli terapi setuju bila saja pil
kepercayaan diri ditemukan, dunia akan menjadi tempat yang jauh lebih
menyenangkan dan mereka segera akan kehilangan pekerjaan. Namun,pil
kepercayaan diri masih belum diproduksi. Lalu kemana kita harus
berpaling menopang kepercayaan diri kita? Pada dasarnya,kita harus
berpaling ke dalam diri kita untuk menopang dan mengembangkan bidang
dasar yang memerlukan perhatian. Pada dasarnya, kepercayaan diri adalah
kombinasi pikiran dan perasaan yang berarti, saya senang kepada diri
sendiri dan berpikir bahwa saya orang yang berguna. Di sekolah, siswa
yang percaya diri umumnya merasa positif dan kompeten serta
menggunakan dua kualitas ini untuk melakukan kegiatan belajar dengan
baik, pada waktunya dan barangkali dengan bersemangat. Menjadi percaya
diri mungkin kelihatannya sulit sekali, terutama untuk orang yang
pesimistis, tetapi sikap yang dipegang mengenai diri sendiri bisa
diperbaiki.
Kunci sukses menghadapi ujian nasional adalah membangun rasa percaya diiri akan keberhasilan dengan cara menghilangkan rasa cemas. Rasa cemas merupakan musuh nomor satu dalam menghadapi ujian nasional yang harus segera dihilangkan. Kunci sukses menghadapi ujian nasional adalah memerangi rasa takut dengan keyakinan dan menghadapi kenyataan. Kita akan menjadi percaya diri, penuh rasa kemenangan, dan keberhasilan. Oleh sebab itu janganlah kuatir tentang apa yang akan dihadapi dalam ujian nasional, tetapi nyatakanlah dalam segala hal keinginannya kepada Allah dalam doa dan permohonan agar sukses dalam menghadapi ujian nasional dan dengan ucapan syukur. Siswa di dalam belajar harus meningkatkan rasa percaya diri akan keberhasilan,yang ditunjukkan dengan sikap dan perilaku sebagai berikut.
Jurus III : Meningkatkan Konsentrasi Belajar
Membina kekuatan
konsentrasi hamper sama dengan mengembangkan dan menguatkan otot
tubuh. Namun, siswa akan mampu meningkatkan konsentrasi tanpa
mengeluarkan keringat. Ini lebih merupakan masalah latihan yang
dingin, tenang dan sungguh-sungguh. Proses dasar dalam mengembangkan
kekuatan konsentrasi adalah dengan melakukan tugas mental yang lebih
sulit secara bertahap. Tugas ini harus memerlukan periode konsentrasi
yang lebih keras dan lebih lama. Sementara menjalankannya, berilah
diri sendiri hadiah untuk peningkatan pada rentang konsentrasi.
Untuk meningkatkan konsentrasi belajar dalam menghadapi Ujian Nasional, siswa dituntut mampu menunjukkan perilaku sebagai berikut.
Jurus IV : Mengembangkan Disiplin Diri Dalam Belajar
Disiplin diri sangat penting untuk berhasil dalam belajar menghadapi ujian nasional. Disiplin diri memungkinkan siswa memperoleh kepuasan dan mendapatkan pujian yang sepantasnya dan mungkin menaikan prestasi belajar. Selain kemajuan belajar, disiplin diri dapat juga meningkatkan kehidupan pribadi lebih sehat dan berkembang. Pada hakikatnya, disiplin diri merupakan atribusi penting yang dapat memajukan banyak aspek kehidupan siswa. Di sekolah, disiplin diri berarti siswa maju dengan pesat, belajar dengan lebih efektif dan hasil bisa diandalkan. Menjadi disiplin diri adalah tujuan yang ingin dicapai oleh sebagian besar siswa. Namun disiplin diri kerap merupakan suatu kualitas yang sukar dicapai. Mengapa? Karena,siswa mungkin harus belajar sejumlah perilaku yang baru dan sulit, seperti mengalahkan kebiasaan menunda. Untuk lebih disiplin diri siswa harus belajar cara untuk menjadi kurang perfeksionis atau belajar cara mengatasi ketakutan yang besar akan kegagalan. Ini merupakan kegiatan belajar yang menuntut kerja keras. Banyak cara yang dapat dilakukan siswa untuk mengembangkan disiplin dalam belajar, diantaranya adalah sebagai berikut.
Jurus V : Hidup Teratur Agar Berhasil Dalam Menghadapi Ujian Nasional
Keberhasilan dalam semua
bidang kehidupan,termasuk kehidupan dalam belajar, siswa harus bisa
hidup teratur. Berhasil dalam belajar dan juga dalam ujian nasional
pada dasarnya adalah masalah hidup teratur. Teratur dalam menjalani
kegiatan belajar untuk mencapai cita-cita sukses belajar dan sukses
dalam ujian nasional. Mulai sekarang siswa tentunya harus menjalani
hidup yang teratur,khususnya dalam kegiatan belajar, apalagi dalam
waktu dekat akan menghadapi ujian nasional yang merupakan salah satu
syarat untuk dapat lulus dari sekolah/madrasah. Menjadi hidup teratur
adalah suatu keterampilan yang akan membuat siswa lebih efektif dan
efisien dalam belajar dan lebih puas dalam menjalani kehidupan.
Hidup teratur dapat ditempuh dengan melakukan hal-hal sebagai berikut.
Jurus VI : Mengelola Waktu Belajar Secara Efektif dan Efisien
Menguasai waktu merupakan salah satu aspek paling penting untuk belajar efektif dan efisien. Siswa harus mengelola tugas-tugas belajar di sekolah dan di rumah, menangani tanggungjawab sebagai pelajar dan juga mengatur waktu santai yang memadai. Siswa harus mengusahakan agar waktu menjangkau semua fungsi dalam hidup, sehingga tujuan hidup dan tujuan belajar dapat diwujudkan. Menyesal sekali, waktu tidak dapat dihasilkan, ditambah, dihentikan, ataupun dibalikkan. Jarum jam terus berputar dengan keteraturan tanpa belas kasihan. Pertanyaan utamanya adalah, bagaimana siswa membuat agar waktulah yang bekerja untuk siswa? Agar siswa dapat mengelola waktu belajar secara efektif dan efisien, maka ia perlu melakukan beberapa cara seperti berikut.
Jurus VII : Meningkatkan Produktivitas Belajar dalam menghadapi Ujian Nasional
Menjadi produktif adalah
terpenting dalam hampir semua kegiatan belajar. Produktivitas berarti
siswa mengerjakan apa yang diharapkan,dan menyelesaikan pekerjaan
dalam belajar. Produktivitas merupakan salah satu unsur utama dalam
kepuasan belajar. Dengan belajar keras dan mencapai tujuan yang siswa
tetapkan, siswa merasa lebih puas pada penghujung akhir belajar, yaitu
lulus dengan hasil yang baik dan memuaskan.
Jurus VIII : Ketekunan Dalam Belajar
Ketekunan belajar akan
menghasilkan kekuatan yang menumbuhkan hasil dalam belajar. Tentuknan
pondasi atau landasan, tanamkan pilar yang kuat, kerjakanlah jam demi
jam, hari demi hari, dan majulah inci dedmi inci. Dedngan tetap tabah
dan tekun akan mencapai keberhasilan. Ketekunan dalam belajar dapat
diciptakan dengan melakukan beberapa hal, diantaranya adalah sebagai
berikut.
Jurus IX : Motivasi Diri untuk Berhasil Ujian Nasional
Kunci sukses adalah
keyakinan dan motivasi diri untuk berhasil dalam ujian nasional.
Seseorang akan berhasil bila ia memotivasi dirinya untuk sukses. Siswa
yang baik secara emosional akan jauh lebih mampu memotivasi dirinya
dibandingkan dengan siswa yang dipenuhi keraguan, kecemasan dan emosi
yang belum dewasa. Untuk menumbuhkan motivasi diri untuk berhasil
dalam Ujian Nasional, siswa harus memperhatikan beberapa hal sebagai
berikut.
Jurus X : Bersikap Positif Terhadap Ujian Nasional
Sikap positif terhadap
ujian nasional sangat diperlukan bagi siswa dalam menghadapi ujian
nasional, sehingga siswa akan dapat bertindak sesuai dengan obyek
sikap atau bersedia untuk bereaksi positif terhadap obyek sikap yaitu
ujian nasional. Kunci sukses dalam menghadapi ujian nasional adalah
bersikap yang tepat, yaitu bersikap positif. Sikap siswa menentukan
sukses yang akan dicapai. Buah sukses, keasyikan dan kesenangan dalam
mengukir keberhasilan, damai,meningkatkan keinginan dan semangat
berkompetisi dan lain-lain tidak akan bisa capai bila pandangan
tentang keinginannya, tentang hasil dan keberhasilan siswa kurang
tepat. Sepatutnya ada kepuasan batin karena apa yang siswa lakukan
tepat dan benar. Sikap positif menentukan tindakan yang akan dilakukan
yaitu giat belajar, semangat tinggi, percaya diri untuk berhasil
menghadapi ujian nasional.
Sikap positif memiliki peranan yang sangat penting dalam menghadapi Ujian Nasional. Untuk menumbuhkan sikap positif, siswa hendaknya memiliki pandangan sebagai berikut.
Semoga dengan tulisan
ini akan dapat membantu siswa dalam menghadapi ujian nasional dengan
sukses,jujur,dan akuntabel. Banyak orang ingin meraih sukses, tetapi
tidak semua mencapaunya, seakan-akan sukses tersebut adalah sesuatu
yang jinak-jinak memrpati, pandai berkelit, atau licin bagaikan belut.
Oleh karena itu jika siswa ingin sukses dalam menghadapi ujian
nasional, harus banyak upaya yang dipilih dan dilakukan dengan cermat,
buat rencana yang matang, hilangkan rasa cemas dan takut menghadapi
ujian nasional, kuasi materi pembelajaran, meningkatkan rasa percaya
diri terhadap keberhasilan, meningkatkan konsentrasi belajar,
mengembangkan disiplin, hidup teratur, mengelola waktu belajar secara
efektif dan efisien,, meningkatkan produktivitas belajar, tekun dalam
belajar,, tingkatkan motivasi diri untuk berhasil, dan bersikap
positif terhadap ujian nasional.
Selamat menghadapi ujian nasional dan semoga sukses,jujur,dan akuntabel. Sumber: www.abkin.org |
Rabu, 04 April 2012
Kondisi Psikologis Siswa dalam Menghadapi Ujian Nasional (Cara Mengatasinya)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar