Ditulis
Oleh Wilujeng Dwi
|
Tuesday, 17 April 2012
|
Undang-undang
Sistem Pendidikan Nasional mengamanatkan bahwa: "warga negara yang
memiliki potensi kecerdasan dan bakat istimewa berhak memperoleh pendidikan
khusus" (Pasal 5; ayat 4). Di samping itu juga dikatakan bahwa
"setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak mendapatkan
pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya" (pasal
12; ayat 1b). Hal ini merupakan berita yang menggembirakan bagi warga negara
yang memiliki bakat khusus dan tingkat kecerdasan yang istimewa untuk mendapat
pelayanan pendidikan sebaik-baiknya. Anak berbakat adalah anak yang memiliki
kecerdasan atau kelebihan yang luar biasa jika dibandingkan dengan anak-anak
seusianya.
1. Definisi
Anak berbakat
Anak
berbakat adalah mereka yang memiliki kemampuan-kemampuan yang unggul dan mampu
memberikan prestasi yang tinggi. Anak berbakat memerlukan pelayanan pendidikan
khusus untuk membantu mereka mencapai prestasi sesuai dengan bakat-bakat mereka
yang unggul. Bakat” (aptitude) pada umumnya diartikan sebagai kemampuan bawaan,
sebagai potensi yang masih perlu dikembangkan dan dilatih agar dapat terwujud.
Berbeda dengan bakat, “kemampuan” merupakan daya untuk melakukan suatu tindakan
sebagai hasil dari pembawaan dan latihan. Kemampuan menunjukkan bahwa suatu
tindakan (performance) dapat dilakukan sekarang. Sedangkan bakat memerlukan
latihan dan pendidikan agar suatu tindakan dapat dilakukan dimasa yang akan
datang. Bakat dan kemampuan menentukan “prestasi” seseorang. Jadi prestasi
itulah yang merupakan perwujudan dari bakat dan kemampuan.
2. Ciri-Ciri
Anak berbakat
Ciri-ciri
anak berbakat menurut Martinson (1974) adalah sebagai berikut:
·
Gemar membaca pada usia lebih muda
·
membaca lebih cepat dan lebih banyak
·
memiliki perbendaharaan kata yang
luas
·
mempunyai rasa ingin tahu yang kuat
·
mempunyai minat yang luas, juga
terhadap masalah “dewasa”
·
mempunyai inisiatif, dapat bekerja
sendiri
·
menunjukkan keaslian (orisinalitas)
dalam ungkapan verbal
·
memberi jawaban-jawaban yang baik
·
dapat memberikan banyak gagasan
·
luwes dalam berpikir
·
terbuka terhadap
rangsangan-rangsangan dari lingkungan
·
mempunyai pengamatan yang tajam
·
dapat berkonsentrasi untuk jangka
waktu panjang, terutama terhadap tugas atau bidang yang diminati
·
berpikir kritis, juga terhadap diri
sendiri
·
senang mencoba hal-hal baru
·
mempunyai daya abstraksi,
konseptualisasi, dan sintesis yang tinggi
·
senang terhadap kegiatan intelektual
dan pemecahan masalah
·
cepat menangkap hubungan-hubungan
(sebab akibat)
·
berperilaku terarah kepada tujuan
·
mempunyai daya imajinasi yang kuat
·
mempunyai banyak kegemaran (hobi)
·
mempunyai daya ingat yang kuat
·
tidak cepat puas dengan prestasinya
·
peka (sensitif) dan menggunakan
firasat (intuisi)
·
menginginkan kebebasan dalam gerakan
dan tindakan.
Anak-anak berbakat biasanya ditandai pula dengan:
1.
Kemampuan inteligensi umum yang
sangat tinggi; biasanya ditunjukkan dengan perolehan tes inteligensi yang
sangat tinggi, misal IQ diatas 120.
2.
Bakat istimewa dalam bidang
tertentu; misalnya bidang bahasa, matematika, seni, dan lain-lain. Hal ini
biasanya ditunjukkan dengan prestasi istimewa dalam bidang-bidang tersebut.
3.
Kreativitas yang tinggi dalam
berpikir; yaitu kemampuan untuk menemukan ide-ide baru.
4.
Kemampuan memimpin yang menonjol;
yaitu kemampuan untuk mengarahkan dan mempengaruhi orang lain untuk bertindak
sesuai dengan harapan kelompok.
5.
Prestas-prestasi istimewa dalam
bidang seni atau bidang lain; misalnya dalam seni musik, drama, tari, lukis,
dan lain-lain.
3.
Tanda-tanda Umum Anak Berbakat
Sejak usia
dini sudah dapat dilihat kemungkinan ada atau tidaknya bakat tertentu dari
anak. Sebagai contoh: “anak yang baru berumur dua tahun tetapi lebih suka
memilih alat-alat mainan untuk anak berumur 6-7 tahun; atau anak usia tiga
tahun tetapi sudah mampu membaca buku-buku yang diperuntukkan bagi anak usia
7-8 tahun. Mereka akan sangat senang jika mendapat pelayanan seperti yang
mereka harapkan.”
Anak yang
memiliki bakat istimewa sering kali memiliki tahap perkembangan yang tidak
serentak. Ia dapat hidup dalam berbagai usia perkembangan, misalnya: anak
berusia tiga tahun, jika sedang bermain ia terlihat seperti anak seusianya,
tetapi jika sedang membaca ia menampilkan sikap seperti anak berusia 10 tahun,
jika mengerjakan soal matematika ia seperti anak berusia 12 tahun, dan jika
berbicara seperti anak berusia lima tahun.
Yang perlu
dipahami adalah bahwa anak berbakat umumnya tidak hanya belajar lebih cepat,
tetapi juga sering menggunakan cara yang berbeda dari teman-teman seusianya.
Hal ini tidak jarang membuat guru di sekolah mengalami kewalahan, bahkan sering
merasa terganggu dengan anak-anak seperti itu. Di samping itu anak berbakat
istimewa biasanya memiliki kemampuan menerima informasi dalam jumlah yang besar
sekaligus. Jika ia hanya mendapat sedikit informasi maka ia akan cepat menjadi
"kehausan" akan informasi.
Di kelas
Taman Kanak-Kanak atau Sekolah Dasar. Anak-anak berbakat sering tidak
menunjukkan prestasi yang menonjol. Sebaliknya justru menunjukkan perilaku yang
kurang menyenangkan, misalnya: tulsiannya tidak teratur, mudah bosan dengan
cara guru mengajar, terlalu cepat menyelesaikan tugas tetapi kurang teliti, dan
sebagainya. Yang menjadi minat dan perhatiannya kadang-kadang justru hal-hal
yang tidak diajarkan di kelas. Tulisan anak berbakat sering kurang teratur
karena ada perbedaan perkembangan antara perkembangan kognitif (pemahaman,
pikiran) dan perkembangan motorik, dalam hal ini gerakan tangan dan jari untuk
menulis. Perkembangan pikirannya jauh lebih cepat daripada perkembangan
motoriknya. Demikian juga seringkali ada perbedaan antara perkembangan kognitif
dan perkembangan bahasanya, sehingga dia menjadi berbicara agak gagap karena
pikirannya lebih cepat daripada alat-alat bicara di mulutnya. Tapi itu tidak
terjadi pada semua anak berbakat, hanya beberapa dari mereka saja.
4. Tujuan dari
pendidikan anak berbakat
Tujuan
pendidikan anak berbakat adalah agar mereka menguasai sistem konseptual yang
penting sesuai dengan kemampuannya, memiliki keterampilan yang menjadikannya
mandiri dan kreatif, serta mengembangkan kesenangan dan kegairahan belajar
untuk berprestasi.
5. Kebutuhan
dan Pelayanan bagi Anak Berbakat
Kebutuhan
pendidikan anak berbakat ditinjau dari kepentingan anak berbakat itu sendiri,
yaitu yang berhubungan dengan pengembangan potensinya yang hebat. Untuk
mewujudkan potensi yang hebat itu, anak berbakat membutuhkan peluang untuk
mencapai aktualisasi potensi yang dimilikinya melalui penggunaan fungsi otak,
peluang untuk berinteraksi, dan pengembangan kreativitas dan motivasi internal
untuk belajar berprestasi. Dari segi kepentingan masyarakat, anak berbakat
membutuhkan kepedulian, pengakomodasian, perwujudan lingkungan yang kaya dengan
pengalaman, dan kesempatan anak berbakat untuk berlatih secara nyata.
Selanjutnya
dalam menentukan jenis layanan bagi anak berbakat perlu memperhatikan beberapa
komponen. Komponen persiapan penentunan jenis layanan seperti: Mengidentifikasi
anak berbakat merupakan hal yang tidak mudah, karena banyak anak berbakat yang
tidak menampakkan keberbakatannya dan tidak dipupuk. Untuk mengidentifikasi
anak berbakat, perlu menentukan alasan atau sebab mencari mereka sehingga dapat
menentukan alat indentifikasi yang sesuai dengan kebutuhan tersebut. Misalnya:
jika memilih kelompok Matematika, maka pendekatannya harus mengarah pada
penelusuran bakat matematika.
Selanjutnya
komponen alternatif implementasi layanan meliputi: ciri khas layanan, strategi
pembelajaran dan evaluasi. Hal-hal yang diperhatikan dalam ciri khas layanan
adalah adaptasi lingkungan belajar seperti usaha pengorganisasian tempat
belajar (sekolah unggulan, kelas khusus, guru konsultan, ruang sumber, dll).
Selain itu ada adaptasi program seperti: usaha pengayaan, percepatan,
pencanggihan, dan pembaharuan program, serta modifikasi kurikulum (kurikulum
plus, dan berdiferensiasi).
Berkaitan
dengan strategi pembelajaran bahwa strtategi pembelajaran yang dipilih harus
dapat mengembangkan kemampuan intetelektual dan non intelektual serta dapat
mendorong cara belajar anak berbakat. Karena itu anak berbakat membutuhkan
model layanan khusus seperti bidang kognitif-afektif, moral, nilai,
kreativitas, dan bidang-bidang khusus. Evaluasi pembelajaran anak berbakat
menekankan pada pengukuran dengan acuan kriteria dan pengukuran acuan norma.
Pemberian
program khusus untuk pendidikan anak berbakat ini dibuat karena anak-anak
berbakat mempunyai kebutuhan pendidikan khusus. Anak-anak ini telah menguasai
banyak konsep ketika mereka ditempatkan di satu kelas tertentu, sehingga
sebagian besar waktu sekolah mereka akan terbuang percuma. Mereka mempunyai
kebutuhan yang sama dengan siswa-siswa lainnya, yaitu kesempatan yang konsisten
untuk belajar bahan baru dan untuk mengembangkan perilaku yang memungkinkan
mereka mengatasi tantangan dan perjuangan dalam belajar sesuatu yang baru. Akan
sangat sulit bagi anak-anak berbakat ini memenuhi kebutuhan tersebut bila
mereka ditempatkan dalam kelas yang heterogen.(Winebrenner & Devlin, 1996).
Anak
berbakat adalah anak yang memiliki kemampuan dan minat yang berbeda dari
kebanyakan anak-anak sebayanya, maka agak sulit jika anak berbakat dimasukkan
pada sekolah tradisional, bercampur dengan anak-anak lainnya. Di kelas-kelas
seperti itu anak-anak berbakat akan mendapatkan dua kerugian, yaitu:
(1) anak berbakat akan frustrasi
karena tidak mendapat pelayanan yang dibutuhkan,
(2) guru dan teman-teman kelasnya
akan bisa sangat terganggu oleh perilaku anak berbakat tadi.
Beberapa pelayanan yang dapat
diberikan pada anak berbakat adalah:
- Menyelenggarakan program akselerasi khusus untuk anak-anak berbakat. Program akselerasi ini yaitu dengan cara "lompat kelas", artinya, anak dari Taman Kanak-Kanak misalnya tidak harus melalui kelas I Sekolah Dasar, tetapi langsung ke kelas II, atau bahkan ke kelas III Sekolah Dasar. Demikian juga dari kelas III Sekolah Dasar bisa saja langsung ke kelas V jika memang anaknya sudah matang untuk menempuhnya. Jadi program akselerasi dapat dilakukan untuk seluruh mata pelajaran (akselerasi kelas atau akselerasi untuk beberapa mata pelajaran saja). Dalam program akselerasi untuk seluruh mata pelajaran berarti anak tidak perlu menempuh kelas secara berturutan, tetapi dapat melompati kelas tertentu, misalnya anak kelas I Sekolah Dasar langsung naik ke kelas III. Dapat juga program akselerasi hanya diberlakukan untuk mata pelajaran yang luar biasa saja. Misalnya saja anak kelas I Sekolah Dasar yang berbakat istimewa dalam bidang matematika, maka ia diperkenankan menempuh pelajaran matematika di kelas III, tetapi pelajaran lain tetap di kelas I. Demikian juga kalau ada anak kelas II Sekolah Dasar yang sangat maju dalam bidang bahasa Inggris, ia boleh mengikuti pelajaran bahasa Inggris di kelas V atau VI.
- Home-schooling (pendidikan non formal di luar sekolah). Cara lain yang dapat ditempuh selain model akselerasi adalah memberikan pendidikan tambahan di rumah atau di luar sekolah, yang sering disebut home-schooling. Dalam home-schooling orang tua atau tenaga ahli yang ditunjuk bisa membuat program khusus yang sesuai dengan bakat istimewa anak yang bersangkutan. Pada suatu ketika jika anak sudah siap kembali ke sekolah, maka ia bisa saja dikembalikan ke sekolah pada kelas tertentu yang cocok dengan tingkat perkembangannya.
- Menyelenggarakan kelas-kelas tradisional dengan pendekatan individual. Dalam model ini biasanya jumlah anak per kelas harus sangat terbatas sehingga perhatian guru terhadap perbedaan individual masih bisa cukup memadai, misalnya maksimum 20 anak. Masing-masing anak didorong untuk belajar menurut ritmenya masing-masing. Anak yang sudah sangat maju diberi tugas dan materi yang lebih banyak dan lebih mendalam daripada anak lainnya; sebaliknya anak yang agak lamban diberi materi dan tugas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Demikian pula guru harus siap dengan berbagai bahan yang mungkin akan dipilih oleh anak untuk dipelajari. Guru dalam hal ini menjadi sangat sibuk dengan memberikan perhatian individual kepada anak yang berbeda-beda tingkat perkembangan dan ritme belajarnya.
- Membangun kelas khusus untuk anak berbakat. Dalam hal ini anak-anak yang memiliki bakat/kemampuan yang kurang lebih sama dikumpulkan dan diberi pendidikan khusus yang berbeda dari kelas-kelas tradisional bagi anak-anak seusianya. Kelas seperti ini pun harus merupakan kelas kecil di mana pendekatan individual lebih diutamakan daripada pendekatan klasikal. Kelas khusus anak berbakat harus memiliki kurikulum khusus yang dirancang tersendiri sesuai dengan kebutuhan anak-anak berbakat. Sistem evaluasi dan pembelajarannyapun harus dibuat yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Kemampuan
dasar atau bakat yang luar biasa yang dimiliki seorang anak memerlukan
serangkaian perangsangan (stimulasi) yang sistematis, terencana dan terjadwal
agar apa yang dimiliki, menjadi actual dan berfungsi sebaik-baiknya. Membiarkan
seorang anak berkembang sesuai dengan azas kematangan saja akan menyebabkan
perkembangan menjadi tidak sempurna dan bakat-bakat yang luar biasa yang
sebenarnya mempunyai potensi untuk bisa diperkembangkan menjadi tidak
berfungsi.
Tanpa
pendidikan khusus yang meliputi pengasuhan yang baik, pembinaan yang terencana
dan perangsangan yang tepat, mustahil seorang anak akan bisa begitu saja
mengembangkan bakat-bakatnya yang baik dan mencapai prestasi yang luar biasa.
Tanpa pendidikan khusus, bakat-bakat yang dimiliki akan terpendam (latent) atau
hanya muncul begitu saja dan tidak berfungsi optimal.
Faktor yang perlu diperhatikan agar mencapai hasil
yang diharapkan yakni:
- Faktor yang ada pada anak itu sendiri, yaitu perlunya mengenal anak. Mengenal dalam arti mengetahui semua ciri khusus yang ada pada anak secara obyektif.
- Faktor kurikulum yang meliputi:
Isi dan cara
pelaksanaan yang disesuaikan dengan keadaan anak (child centered). Kurikulum
pada pendidikan khusus tidak terlepas dari kurikulum dasar yang diberikan untuk
anak lain. Kurikulum khusus diarahkan agar perangsangan-perangsangan yang
diberikan mempunyai pengaruh untuk menambah atau memperkaya program dan tidak
semata-mata untuk mempercepat berfungsinya sesuatu bakat luar biasa yang
dimiliki. Isi kurikulum harus mengarah pada perkembangan kemampuan anak yang
berorientasi inovatif dan tidak reproduktif serta berorientasi untuk mencapai
sesuatu yang tidak hanya sekedar memunculkan apa yang dimiliki tanpa dilatih
menjadi kreatif. Hal lain yang penting adalah tersedianya faktor lingkungan
yang berfungsi menunjang. Tujuan institusional dan instruksional serta isi
kurikulum yang disusun secara khusus bagi anak berbakat membutuhkan sarana dan
prasarana yang memadai.
Guru yang
melaksanakan tugas-tugas kurikuler yang telah digariskan mempunyai peranan yang
penting agar apa yang akan diajarkan bisa merangsang perkembangan seluruh
potensi yang dimiliki serta berhasil melatih setiap aspek yang berkembang
memperlihatkan fungsi-fungsi kreatif dan produktif.
Mengenai
pelaksanaan pendidikan khusus untuk anak berbakat pada umumnya dikelompokkan
dalam tiga bentuk:
·
“Pemerkayaan” yaitu pembinaan bakat
dengan penyediaan kesempatan dan fasilitas belajar tambahan yang bersifat
pendalaman kepada anak berbakat setelah yang bersangkutan menyelesaikan
tugas-tugas yang diprogramkan untuk anak pada umumnya (independent study,
projects, dan sebagainya).
·
“Percepatan” yaitu cara penanganan
anak berbakat dengan memperbolehkan anak naik kelas secara melompat, atau
menyelesaikan program reguler di dalam jangka waktu yang lebih singkat. Variasi
bentuk-bentuk percepatan adalah antara lain early admission, advanced
placement, advanced courses.
·
“Pengelompokan Khusus” dilakukan
secara penuh atau sebagian, yaitu bila sejumlah anak berbakat dikumpulkan dan
diberi kesempatan untuk secara khusus memperoleh pengalaman belajar yang sesuai
dengan potensinya.
Selain
bentuk-bentuk pembinaan tersebut di atas, ada pula cara-cara pembinaan yang
lebih bersifat informal, misalnya dengan pemberian kesempatan meninjau lembaga-lembaga
penelitian-pengembangan yang relevan, atau pengadaan perlombaan-perlombaan.
Penyiapan Guru Untuk Anak Berbakat
Kualifikasi guru untuk anak berbakat dapat
dikelompokkan menjadi tiga, yaitu:
·
kualifikasi profesi; Persyaratan
profesional / pendidikan antara lain meliputi: Sudah berpengalaman mengajar,
Menguasai berbagai teknik dan model belajar mengajar, bijaksana dan kreatif
mencari berbagai akal dan cara, mempunyai kemampuan mengelola kegiatan belajar
secara individual dan kelompok, menguasai teknik dan model penilaian, mempunyai
kegemaran membaca dan belajar.
·
kualifikasi kepribadian, Persyaratan
kepribadian antara lain: bersikap terbuka terhadap hal-hal baru, peka terhadap
perkembangan anak, mempunyai pertimbangan luas dan dalam, penuh pengertian,
mempunyai sikap toleransi, mempunyai kreativitas yang tinggi, bersikap ingin
tahu.
·
kualifikasi hubungan social ;
persyaratan hubungan sosial antara lain: dapat menyesuaikan diri dengan
lingkungan, mudah bergaul dan mampu memahami dengan cepat tingkah laku orang
lain (S.C.U. Munandar, 1981)
Implikasi bagi guru anak berbakat disimpulkan oleh
Barbie dan Renzulli (1975) sebagai berikut:
·
guru perlu memahami diri sendiri,
karena anak yang belajar tidak hanya dipengaruhi oleh apa yang dilakukan guru,
tetapi juga bagaimana guru melakukannya.
·
guru perlu memiliki pengertian
tentang keterbakatan
·
guru hendaknya mengusahakan suatu
lingkungan belajar sesuai dengan perkembangan yang unggul dari
kemampuan-kemampuan anak.
·
Guru memberikan tantangan daripada
tekanan
·
Guru tidak hanya memperhatikan
produk atau hasil belajar siswa, tetapi lebih-lebih proses belajar.
·
Guru lebih baik memberikan umpan
balik daripada penilaian
·
Guru harus menyediakan beberapa
alternatif strategi belajar
·
Guru hendaknya dapat menciptakan suasana
di dalam kelas yang menunjang rasa harga diri anak serta dimana anak merasa
aman dan berani mengambil resiko dalam menentukan pendapat dan keputusan.
Peran Orang Tua dalam Memupuk Bakat
dan Kreativitas Anak
Orang tua
yang bijaksana dapat membedakan antara memberi perhatian terlalu banyak atau
terlalu sedikit, antara memberi kesempatan kepada anak untuk mengembangkan
bakat dan minatnya dan memberi tekanan untuk berprestasi semaksimal mungkin.
Ada beberapa hal yang memudahkan orang tua agar lebih
mantap dalam menghadapi dan membina anak berbakat (Ginsberg dan Harrison, 1977;
Vernon, 1977) diantaranya adalah:
·
anak berbakat itu tetap anak dengan
kebutuhan seorang anak. Jika ada anak-anak lain dalam keluarga, janganlah
membandingkan anak berbakat dengan kakak-adiknya atau sebaliknya.
·
Sempatkan diri untuk mendengarkan
dan menjawab pertanyaan-pertanyaannya
·
Berilah kesempatan seluas-luasnya
untuk memuaskan rasa ingin tahunnya dengan menjajaki macam-macam bidang, namun
jangan memaksakan minat-minat tertentu.
·
Berilah kesempatan jika anak ingin
mendalami suatu bidang, karena belum tentu kesempatan itu ada di sekolah.
·
Kerjasama Antara Keluarga, Sekolah
dan Masyarakat
Pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama keluarga (orang tua), sekolah, dan masyarakat.
Keluarga dan sekolah dapat bersama-sama mengusahakan pelayanan pendidikan bagi
anak berbakat, misalnya dalam memandu dan memupuk minat anak. Tokoh-tokoh dalam
masyarakat dapat menjadi “tutor” untuk anak berbakat yang mempunyai minat yang
sama.
6.
Pergaulan Anak Berbakat
Anak berbakat akan lebih suka
bergaul dengan anak-anak yang lebih tua dari segi usia, khususnya mereka yang
memiliki keunggulan dalam bidang yang diminati. Misalnya saja ada anak kelas II
Sekolah Dasar yang sangat suka bermain catur dengan orang-orang dewasa, karena
jika ia bermain dengan teman sebayanya rasanya kurang berimbang. Dalam hal ini
para orang tua dan guru harus memakluminya dan membiarkannya sejauh itu tidak
merugikan perkembangan yang lain.
Di dalam keluarga, orangtua
mencarikan teman yang cocok bagi anak-anak berbakat sehingga ia tidak merasa
kesepian dalam hidupnya. Jika ia tidak mendapat teman yang cocok, maka tidak
jarang orang tua dan keluarga, menjadi teman pergaulan mereka. Umumnya anak
berbakat lebih suka bertanya jawab hal-hal yang mendalam daripada hal-hal yang
kecil dan remeh. Kesanggupan orang tua dan keluarga untuk bergaul dengan anak
berbakat akan sangat membantu perkembangan dirinya.
7. Faktor-faktor
yang mempengaruhi terwujudnya bakat seseorang
Banyak faktor-faktor yang menentukan sejauh mana bakat seseorang dapat terwujud.
- keadaan lingkungan seseorang, seperti: kesempatan, sarana dan prasarana yang tersedia, sejauh mana dukungan dan dorongan orang tua, taraf sosial ekonomi orang tua, tempat tinggal, di daerah perkotaan atau di pedesaan, dan sebagainya.
- keadaan dari diri orang itu sendiri, seperti minatnya terhadap suatu bidang, keinginannya untuk berprestasi, dan keuletannya untuk mengatasi kesulitan atau rintangan yang mungkin timbul.
- Tingkat kecerdasannya (intelegensi). kecerdasan ditentukan baik oleh bakat bawaan (berdasarkan gen yang diturunkan dari orang tuanya) maupun oleh faktor lingkungan (termasuk semua pengalaman dan pendidikan yang pernah diperoleh seseorang; terutama tahun-tahun pertama dari kehidupan mempunyai dampak terhadap kecerdasan seseorang).
8.
Pelayanan Anak Berbakat Intelektual di Masa yang Akan Datang
Menurut Sidi (2004), model layanan pendidikan lain perlu dikembangkan oleh pemerintah guna memfasilitasi berbagai macam bidang keberbakatan, seperti:
- Akselerasi Bidang Studi: akselerasi untuk satu mata pelajaran yang menonjol dan sangat dikuasai siswa
- Mentorship: melayani berapa pun jumlah siswa yang mampu mengikuti akselerasi, meskipun hanya satu siswa, harus tetap dilayani dengan metode mentorship atau self paced instruction.
- Sistem Kredit: menggunakan pelayanan akselerasi dengan sistem kredit.
- Pengayaan Materi pada Mata Pelajaran Tertentu: (full out program) untuk mata pelajaran atau pada hari tertentu saja sehingga anak bisa tetap bersama dalam kelas dengan anak-anak lainnya.
- Kelas Super Saturday: pelayanan belajar di mana pengayaan materi dilakukan setiap hari sabtu dalam berbagai bidang di luar mata pelajaran sekolah, seperti astronomi, psikologi, kelautan dsb. Kerja sama dengan pihak dari berbagai disiplin dapat membantu memfasilitasi berbagai jenis keberbakatan.
- Pendirian Pusat Keberbakatan: untuk mewadahi dan memberikan pelayanan terhadap anak berbakat kesenian, kebudayaan, olah raga dan lain-lain.
- Sertifikasi bagi Guru Pengajar Gifted: sertifikasi ini penting untuk menjaga kualitas layanan pendidikan anak berbakat dan guru harus dipacu untuk terus belajar, bahkan sampai gelar strata 3 (Doktor).
Tantangan Pelayanan Pendidikan Anak
Berbakat di Masa Depan
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan sebagai tantangan pelayanan pendidikan anak berbakat di masa depan (Sidi, 2004) antara lain adalah:
Adapun hal-hal yang harus diperhatikan sebagai tantangan pelayanan pendidikan anak berbakat di masa depan (Sidi, 2004) antara lain adalah:
- Dukungan finansial di Indonesia yang belum memadai sehingga sangat diperlukan sumber dana baik dari luar negeri maupun dari APBN.
- Perlunya pengembangan organisasi pemerintah yang mewadahi masalah keberbakatan di Indonesia. Contohnya, menjadikan masalah keberbakatan menjadi salah satu tugas pokok dan fungsi direktorat jenderal sehingga ada direktorat yang membawahi masalah seleksi, pelatihan, kurikulum, program dan personalia.
Strategi Pengembangan
di Masa yang Akan Datang
Strategi pengembangan pelayanan
pendidikan anak berbakat (Sidi, 2004) meliputi hal-hal berikut:
1.
penyediaan, pengadaan
dan peningkatan kemampuan SDM yang berkualitas.
2.
proses pembelajaran yang
berkualitas
3.
adanya frekuensi
penelitian yang cukup dan berkualitas